Budak Di Negeri Sendiri?
Budak Di Negeri Sendiri?
Disinilah aku, tersisih dan tersingkir
Tak bisa mengenyam bangku pendidikan
Pagi-pagi pergi ke jalanan dekat lampu merah
Mengundi nasib yang tak tentu arah
Tenggelam dalam kepulan asap dan bau knalpot
Mereka adalah sarapanku disetiap pagi
Dapat makan satu suap saja
Aku sudah bersyukur sekali
Disampingku,
lebih parah lagi
Dari pagi
sampai pagi lagi hanya duduk menyendiri
Mengadahkan
tangan, menunggu uang jatuh dari langit
Tak peduli
hujan badai,
Tak peduli
teriknya panas matahari
Dia tetap
istiqomah menanti
Dari zaman
orde lama hingga reformasi semakin tak terkendali
Ada apa
ini?
Katanya, kemiskinan sudah tak ada lagi?
Katanya, pendidikan akan merata tak tersisa?
Katanya, harga sembako akan semakin terjangkau dibeli?
Faktanya, kita menjadi budak di negeri sendiri
Tanahku, dijual ke orang yang berduit
Orang asing, mereka bilang
Kami? Hanya termangu-termangu mengerti
Tak tahu, harus bagaimana lagi
Siapapun
presiden yang terpilih nanti
Hargai kami
sebagai “rakyat”
Tampung
aspirasi dan jangan lupa diri
Kami takut,
nanti tergoda harta duniawi
Dikursi
hanya ongkang-ongkang menerima gaji
Kami bukan budak yang harus kerja rodi


Komentar
Posting Komentar